Bagi sebagian orang judul
ini sedikit nyeleneh dan mengada-ada. Namun hipotesa saya mengatakan bahwa
banyak guru dan pemerhati pendidikan mengiyakannya. Betapa tidak. Fenomena pandemi
Covid-19 seakan memaksa
semua pihak bekerja ekstra keras sekaligus was-was
menghadapi ganasnya terjangan si Covid-19. Berbagai kebijakan sudah diambil
pemerintah dan masyarakat diminta mematuhi protokol Covid-19. Bukan hanya untuk
bisa survive namun agar mampu terbebas dan sekaligus memutus mata rantai
penularannya. Tidak terkecuali dunia pendidikan dengan guru sebagai ujung
tombaknya.
Dunia pendidikan dalam hal
ini sekolah/madrasah dihadapkan pada tantangan untuk melaksanakan pembelajaran
jarak jauh (PJJ), virtual learning, atau learning at home. Pelaksanaan PJJ ini
tergolong by accident sebab selama ini sekolah/madrasah tidak pernah secara
serius mempersiapkan diri masuk dalam PJJ. Ketidaksiapan tersebut tampak dari
kegamangan para pendidik me-menage PJJ kala Covid-19 melanda. Banyak guru tidak
mampu memaksimalkan kecanggihan teknologi informasi untuk menjembatani transfer
ilmu yang selama ini hanya disampaikan seadanya, yaitu melalui tatap muka. Tak
heran projector atau in focus yang dibeli dari dana Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) hanya terpasang di ruang kelas atau bahkan masih teronggok di kantor
kepala sekolah dan android mahal dominan dipakai untuk selfie. Laptop yang
dimiliki guru sebagian besar hanya digunakan mempersiapkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan sedikit difungsikan memproses nilai dan e-raport.
Baca juga:
IGI, Sagusablog, dan Google Drive
Hal yang menggembirakan
adalah, pandemi Covid-19 yang memaksa peserta didik harus dirumahkan untuk
beberapa saat, menjadi ruang bagi guru untuk merefleksi diri, mengejar
ketertinggalan, mengikuti workshop online, ikut webinar, meeting online, seminar
online, dan berbagai kegiatan online untuk peningkatan kompetensi dalam PJJ. Dalam
hal ini patut diacungi jempol kepada Ikatan Guru Indonesia (IGI) yang sudah jauh-jauh
hari memfasilitasi guru dengan kompetensi virtual. Sebut saja misalnya sejak
Oktober 2016 IGI sudah melaksanakan workshop online “Satu Guru Satu Blog”(Sagusablog) Gelombang I dimana salah satu materinya memfasilitasi guru membuat
dan mengelola soal online di google drive. Hingga kini Workshop online
Sagusablog sudah memasuki Gelombang ke-42 dan telah melatih belasan ribu guru
se-Indonesia. Khusus di masa Covid-19, peserta Sagusablog amat antusias dan membludak
jumlahnya. Sagusablog gelombang 40, misalnya, yang diadakan dari tanggal 08 s/d
14 Mei 2020 diikuti 578 orang guru dari seluruh penjuru tanah air.
Sebenarnya Google Drive yang
dapat digandeng bersama Google Classroom tidak hanya digunakan untuk membuat
dan mengelola soal online tetapi dapat pula digunakan untuk memantau kegiatan
siswa melalui layanan spreadsheet yang tersedia, mengembangkan kreativitas siswa
melalui beragam fitur, menyajikan pembelajaran yang lebih menantang, serta
melatih kerjasama antar siswa. Kini guru dapat berpartisipasi mengurangi
penggunaan kertas (paperless movement) dengan memberikan penugasan, penilaian
harian, penilaian tengah semester, penilaian akhir semester dan bahkan ujian
akhir melalui google drive dimana bisa langsung dikerjakan dan disubmit melalui
akun google masing-masing siswa. Intinya, teknologi yang mempermudah guru dalam
pekerjaannya sudah tersedia.
Julie Young
Kita harus jujur mengakui
bahwa kesiapan guru di Indonesia dengan PJJ masih sangat rendah. Bandingkan dengan
negara lain yang sudah lebih siap dengan pendidikan daring. Tidak heran bila
Pusdatin Kemendikbud mengundang Julie Young, seorang tokoh dunia yang berhasil
merevolusi pendidikan daring di panggung global. Julie Young adalah pendiri dan
CEO Florida Virtual School (FLVS), sekolah virtual pertama di dunia yang berkembang
pesat menjadi penyelenggara pendidikan daring terbesar dan paling berpengaruh
di North America yang melayani lebih dari 2 juta siswa di 50 negara bagian
Amerika Serikat dan 68 negara di seluruh dunia. Wow luar biasa! Julie Young
didapuk berbagi ilmu dan pengalaman dalam Webinar Internasional tanggal 29 Mei
2020 yang kebetulan saya ikuti dengan topik “Leading
the New Normal in Education: Innovative Teaching with Digital Technology”.
Masa pandemi Covid-19 yang
terjadi di seantero negeri perlu dimaknai sebagai momentum bagi guru untuk
masuk lebih jauh dengan pembelajaran jarak jauh atau pendidikan daring yakni dengan memanfaatkan semua kecanggihan teknologi dan informasi. Bila tidak,
pendidikan kita akan tertinggal semakin jauh dan masa depan anak bangsa
dipertaruhkan.







0 komentar:
Posting Komentar