Jumat, 29 Mei 2020

Dunia Pendidikan Indonesia Harus “Berterima Kasih” kepada Covid-19?


Bagi sebagian orang judul ini sedikit nyeleneh dan mengada-ada. Namun hipotesa saya mengatakan bahwa banyak guru dan pemerhati pendidikan mengiyakannya. Betapa tidak. Fenomena pandemi Covid-19 seakan memaksa

semua pihak bekerja ekstra keras sekaligus was-was menghadapi ganasnya terjangan si Covid-19. Berbagai kebijakan sudah diambil pemerintah dan masyarakat diminta mematuhi protokol Covid-19. Bukan hanya untuk bisa survive namun agar mampu terbebas dan sekaligus memutus mata rantai penularannya. Tidak terkecuali dunia pendidikan dengan guru sebagai ujung tombaknya.


Dunia pendidikan dalam hal ini sekolah/madrasah dihadapkan pada tantangan untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ), virtual learning, atau learning at home. Pelaksanaan PJJ ini tergolong by accident sebab selama ini sekolah/madrasah tidak pernah secara serius mempersiapkan diri masuk dalam PJJ. Ketidaksiapan tersebut tampak dari kegamangan para pendidik me-menage PJJ kala Covid-19 melanda. Banyak guru tidak mampu memaksimalkan kecanggihan teknologi informasi untuk menjembatani transfer ilmu yang selama ini hanya disampaikan seadanya, yaitu melalui tatap muka. Tak heran projector atau in focus yang dibeli dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) hanya terpasang di ruang kelas atau bahkan masih teronggok di kantor kepala sekolah dan android mahal dominan dipakai untuk selfie. Laptop yang dimiliki guru sebagian besar hanya digunakan mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan sedikit difungsikan memproses nilai dan e-raport.

Baca juga:

IGI, Sagusablog, dan Google Drive
Hal yang menggembirakan adalah, pandemi Covid-19 yang memaksa peserta didik harus dirumahkan untuk beberapa saat, menjadi ruang bagi guru untuk merefleksi diri, mengejar ketertinggalan, mengikuti workshop online, ikut webinar, meeting online, seminar online, dan berbagai kegiatan online untuk peningkatan kompetensi dalam PJJ. Dalam hal ini patut diacungi jempol kepada Ikatan Guru Indonesia (IGI) yang sudah jauh-jauh hari memfasilitasi guru dengan kompetensi virtual. Sebut saja misalnya sejak Oktober 2016 IGI sudah melaksanakan workshop online “Satu Guru Satu Blog”(Sagusablog) Gelombang I dimana salah satu materinya memfasilitasi guru membuat dan mengelola soal online di google drive. Hingga kini Workshop online Sagusablog sudah memasuki Gelombang ke-42 dan telah melatih belasan ribu guru se-Indonesia. Khusus di masa Covid-19, peserta Sagusablog amat antusias dan membludak jumlahnya. Sagusablog gelombang 40, misalnya, yang diadakan dari tanggal 08 s/d 14 Mei 2020 diikuti 578 orang guru dari seluruh penjuru tanah air.

Sebenarnya Google Drive yang dapat digandeng bersama Google Classroom tidak hanya digunakan untuk membuat dan mengelola soal online tetapi dapat pula digunakan untuk memantau kegiatan siswa melalui layanan spreadsheet yang tersedia, mengembangkan kreativitas siswa melalui beragam fitur, menyajikan pembelajaran yang lebih menantang, serta melatih kerjasama antar siswa. Kini guru dapat berpartisipasi mengurangi penggunaan kertas (paperless movement) dengan memberikan penugasan, penilaian harian, penilaian tengah semester, penilaian akhir semester dan bahkan ujian akhir melalui google drive dimana bisa langsung dikerjakan dan disubmit melalui akun google masing-masing siswa. Intinya, teknologi yang mempermudah guru dalam pekerjaannya sudah tersedia.  

Julie Young
Kita harus jujur mengakui bahwa kesiapan guru di Indonesia dengan PJJ masih sangat rendah. Bandingkan dengan negara lain yang sudah lebih siap dengan pendidikan daring. Tidak heran bila Pusdatin Kemendikbud mengundang Julie Young, seorang tokoh dunia yang berhasil merevolusi pendidikan daring di panggung global. Julie Young adalah pendiri dan CEO Florida Virtual School (FLVS), sekolah virtual pertama di dunia yang berkembang pesat menjadi penyelenggara pendidikan daring terbesar dan paling berpengaruh di North America yang melayani lebih dari 2 juta siswa di 50 negara bagian Amerika Serikat dan 68 negara di seluruh dunia. Wow luar biasa! Julie Young didapuk berbagi ilmu dan pengalaman dalam Webinar Internasional tanggal 29 Mei 2020 yang kebetulan saya ikuti dengan topik “Leading the New Normal in Education: Innovative Teaching with Digital Technology”.

Masa pandemi Covid-19 yang terjadi di seantero negeri perlu dimaknai sebagai momentum bagi guru untuk masuk lebih jauh dengan pembelajaran jarak jauh atau pendidikan daring yakni dengan memanfaatkan semua kecanggihan teknologi dan informasi. Bila tidak, pendidikan kita akan tertinggal semakin jauh dan masa depan anak bangsa dipertaruhkan.

0 komentar:

Posting Komentar